HOT

Kaukus Muda Siantar: Partai Politik Berebut Panggung 2020

Situs Berita Online Latarnews

Latarnews- Kaukus Muda Siantar : “Partai politik saatnya berebut panggung menjadi yang terdepan dalam menata kesejahteraan warga kota Siantar, dan ini merupakan momentum menghadirkan demokrasi yang ideal,” ujar Fernando Sihotang dosen FISIP USU dan salah satu inisiator Kaukus Muda Siantar (KMS) dalam diskusi politik bertajuk “Siantar 2020: Partai Politik Berebut Panggung.”

Ini adalah diskusi serial ketiga KMS yang diselenggarakan pada Kamis, 28 November 2019 di Patarias Coffee Shop. Diskusi ini dihadiri lebih dari 60-an peserta yang didominasi kelompok millennial.

Moderator diskusi Tumpak Hutabarat (populer sebagai @siparjalang), sebagai salah satu inisiator KMS, mengatakan, “bahwa diskusi ini dilaksanakan karena kegelisahan akan pentingnya pendidikan politik yang seyogiyanya menjadi tanggungjawab  partai politik.” Melalui diskusi ini Siparjalang berharap akan ada muncul figur politik yang tidak hanya mengenal persoalan, tetapi juga peluang dan potensi kota untuk pembangunan Siantar.

Diskusi ini menghadirkan 5 narasumber yang berasal dari latar belakang politik yang beragam. Mereka adalah Ketua KPU Pematangsiantar (Daniel Sibarani), Mangasi Purba (Partai PDI P), Suhanto Pakpahan (anggota DPRD Pematangsiantar dari Fraksi Hanura), Zainal Purba (Ketua DPD PAN Pematangsiantar) dan Fernando Sihotang (akademisi).

Mangasi Purba melakukan self-critique (swa-kritik) kepada partai politik yang minim dalam upaya menjalankan fungsi-fungsinya, seperti komunikasi politik dan pendidikan politik. Baginya, partai politik harus berdiri di baris terdepan memberikan edukasi politik agar masyarakat melek dalam berpolitik. “Menjawab perlunya kehadiran partai dalam menjawab demokrasi yang substansial, PDI Perjuangan di Pematangsiantar sedang dalam proses menyusun syllabus untuk pendidikan politik,” ujarnya di hadapan peserta diskusi.

Suhanto Pakpahan membagikan pengalamannya sebagai millennial pada awalnya apatis terhadap politik. Hari-harinya di dunia politik membawanya sampai pada titik paradigma bahwa politik hari ini sangat membutuhkan orang-orang muda. Generasi muda diharapkan menjadi garda menciptakan perubahan dengan gaya-gaya baru dan kreatif.

Zainal Purba, yang pernah menjadi anggota DPRD Pematangsiantar, memberikan refleksi akan pragmatisme politik uang (money politics) yang mewabah di setiap perhelatan demokrasi kita. Karena ini sudah menjadi kebiasaan, perubahan hanya akan mungkin jika dimulai dari diri sendiri.

Fernando Sihotang banyak menyampaikan poin-poin penting dan sangat normatif tentang kultur-kultur politik di Indonesia dan pada konteks lokal Pematangsiantar. Dosen FISIP USU yang menamatkan pendidikannya dari Jerman di bidang studi Politik ini menggugah kritisisme peserta diskusi akan demokrasi yang dihidupi bangsa Indonesia saat ini. “Jangan-jangan demokrasi adalah makhluk sesungguhnya yang berkontribusi besar dalam membentuk budaya korupsi,” ujarnya.

Ugahan Fernando didasari pada praktik politik klientilisme yang berujung pada pembudayaan politik uang di setiap kontestasi politik. Bahkan isu kemiskinan menjadi semata-mata electoral politics (politik elektoral) yang dimanfaatkan oleh politisi-politisi yang hanya sekedar mengejar kekuasaan, namun tidak berjalan di rel etika politik. Etika politik baginya adalah politik yang mensejahterakan.

Daniel Sibarani mendorong partai-partai politik masuk ke dalam ruang-ruang isu millennial sebagai segmentasi politik electoral. Baginya, isu millennial tidak semata-mata hanya karena nilai matematis untuk elektoral, namun lebih jauh ia menilai bahwa persoalan dan peluang kota ada pada kelompok millennial.

Diskusi ini akan tetap dilanjutkan dalam rangka mengasah semangat orang-orang muda membangun ruang-ruang perjumpaan bagi gagasan-gagasan rasional dan kritis. Sampai bertemu di seri diskusi selanjutnya bersama Kaukus Muda Siantar.
Es-05

Tinggalkan Balasan