Pernyataan Bersama Driver Online Bali Mengenai Potongan Komisi 20 Persen
Ribuan driver online di Bali yang tergabung dalam berbagai komunitas resmi telah menyampaikan sikap mereka terkait isu pemotongan komisi sebesar 20 persen dari aplikator. Dalam pernyataan terbuka yang disampaikan, mereka menegaskan bahwa potongan tersebut bukan menjadi masalah selama sistem layanan berjalan dengan baik, order tetap tersedia, dan penghasilan masih bisa diraih secara layak.
Pernyataan ini disampaikan secara kolektif oleh delapan komunitas driver online di Bali, antara lain Gabungan Raider Anak Dewata, Srikandi Bali, Sahabat Grab Bali, Komunitas Rider Badak Agung, Gacor Community, FGB Bali, Drone Community, dan Bikers Online Sejati Denpasar. Para ketua komunitas menekankan pentingnya memperhatikan suara para mitra aktif yang setiap hari bekerja di lapangan dalam pengambilan kebijakan transportasi online nasional.
Tanggapan dari Ketua Komunitas
Aldy, ketua komunitas Grande yang mewakili Gabungan Raider Anak Dewata, menyampaikan bahwa para driver online Bali masih bisa menerima potongan komisi 20 persen selama order tetap ada dan sistem berjalan normal. Ia menegaskan bahwa yang dibutuhkan adalah kepastian untuk tetap bisa bekerja.
Menurut Aldy, para driver memahami bahwa platform digital membutuhkan biaya operasional dan pengembangan yang sebagian ditutupi dari potongan komisi. Namun, ia menekankan bahwa kenyamanan dan keberlanjutan kerja mitra tetap menjadi prioritas utama.
Mery Cahaya, ketua Srikandi Bali, menyampaikan bahwa para mitra perempuan juga memiliki semangat kerja yang sama dan sangat terbantu oleh sistem yang telah berjalan. Ia menilai fitur-fitur seperti perlindungan kecelakaan, layanan pelanggan, dan dukungan lainnya memberikan manfaat besar bagi para driver.
Perhatian terhadap Suara yang Aktif
Herman Mantos, perwakilan dari komunitas Sahabat Grab Bali, mengingatkan bahwa kebijakan yang didasarkan pada suara dari pihak yang sudah tidak aktif sebagai driver justru bisa menimbulkan kegaduhan dan kesalahpahaman. Ia menegaskan bahwa mereka yang masih aktif di jalan lebih paham kondisi lapangan sesungguhnya.
Sugianto dari Komunitas Rider Badak Agung menegaskan bahwa pihaknya tidak menolak perubahan. Namun, ia berharap setiap kebijakan lahir dari dialog terbuka dan data nyata dari lapangan. Menurut Sugianto, kebijakan harus berdasarkan kajian matang dan aspirasi nyata dari para mitra aktif.
Penekanan pada Keberlanjutan dan Kemitraan
Perwakilan komunitas lain seperti Herrian dari Gacor Community, Suryadi dari FGB Bali, Alfonsius dari Drone Community, dan Arief Setyo dari Bikers Online Sejati Denpasar juga menegaskan pentingnya keberlanjutan kerja dan iklim kemitraan yang sehat. Mereka menyampaikan bahwa layanan aplikator masih memberikan banyak manfaat, dan potongan komisi selama ini masih dalam batas wajar jika dibandingkan dengan dukungan yang diterima.
Alfonsius menyoroti bahwa ketidakpastian kebijakan yang bisa datang tiba-tiba justru menjadi sumber kekhawatiran, bukan potongan komisi itu sendiri. Ia menegaskan bahwa para driver bekerja setiap hari dan tahu kapan sistem bermasalah dan kapan berjalan lancar.
Pentingnya Ekosistem Digital Transportasi
Dalam pernyataan bersama tersebut, seluruh komunitas juga menyoroti pentingnya menjaga ekosistem digital transportasi yang saling terhubung. Mereka menilai bahwa aplikasi tidak hanya menjadi tumpuan pengemudi, tetapi juga menjadi tulang punggung logistik, UMKM, serta mobilitas masyarakat secara luas.
Suryadi dari FGB Bali menegaskan bahwa transportasi online bukan hanya soal driver dan penumpang. Ada banyak pelaku usaha kecil yang juga menggantungkan distribusinya pada platform ini. Oleh karena itu, kebijakan yang gegabah bisa memiliki dampak yang luas.
Harapan kepada Kementerian Perhubungan
Para driver berharap Kementerian Perhubungan dapat bersikap adil dan bijaksana dalam menyikapi dinamika di sektor transportasi daring. Menurut mereka, solusi terbaik hanya bisa dicapai jika kebijakan dibangun dari suara lapangan yang masih aktif bekerja, bukan dari pihak-pihak yang sudah tidak beraktivitas dalam sistem.
Arief Setyo dari Bikers Online Sejati Denpasar menegaskan bahwa yang mereka inginkan sederhana: kerja yang tenang, sistem yang adil, dan pendapatan yang cukup. Mereka siap ikut aturan, tetapi meminta agar realita mereka juga didengarkan.
Dengan pernyataan ini, ribuan driver online Bali berharap suara mereka tidak hanya didengar, tetapi juga menjadi dasar pijakan dalam penyusunan kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan hidup mitra aktif dan kesehatan ekosistem digital transportasi nasional. Oleh karena itu, komunitas ini memutuskan untuk tidak turun ke jalan 21 Juli 2025 nanti yang diinisiasi oleh Garda, karena tidak sepaham dengan hati nurani mereka.