Peluang Asuransi di Tengah Meningkatnya Bencana Alam
Bencana alam yang terjadi secara berkala di Indonesia menawarkan peluang baru bagi industri asuransi untuk memperluas cakupan layanan dan meningkatkan penetrasi produk. Dengan jumlah kejadian bencana yang cukup tinggi, perusahaan asuransi berpeluang untuk mengembangkan solusi perlindungan yang lebih komprehensif.
Menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sepanjang periode 1 Januari hingga 3 Juni 2025, tercatat sebanyak 1.211 kejadian bencana alam di Indonesia. Banjir menjadi jenis bencana yang paling sering terjadi, dengan total 800 kejadian. Akibatnya, belasan ribu properti mengalami kerusakan, termasuk rumah, fasilitas umum, dan infrastruktur lainnya.
Direktur Utama PT Asuransi Asei Indonesia, Dody Achmad Sudiyar, menyatakan bahwa banyak produk asuransi yang bisa beririsan dengan risiko bencana alam. Beberapa di antaranya adalah asuransi properti, kendaraan bermotor, pengangkutan, serta asuransi kecelakaan diri. Selain itu, ada juga produk khusus yang ditujukan untuk usaha mikro dan UMKM, serta asuransi parametrik kebencanaan.
Strategi Pengembangan Produk Asuransi
Dody menilai bahwa pengembangan produk-produk asuransi terkait bencana ini bisa menjadi peluang ekspansi dan diversifikasi risiko. Untuk memaksimalkan peluang ini, ia menyarankan beberapa langkah penting:
-
Memperkuat portofolio asuransi properti dengan pendekatan mitigasi risiko bencana. Perusahaan asuransi perlu memperhatikan potensi ancaman bencana dalam desain produk dan manajemen risikonya.
-
Kolaborasi dengan instansi pemerintah dan swasta, seperti BNPB, BPBD, BUMN, dan kementerian terkait, untuk menyediakan skema proteksi massal. Contohnya, asuransi bencana untuk petani, nelayan, atau UMKM di wilayah rawan bencana.
-
Penguatan manajemen risiko dan underwriting melalui pengembangan model pemetaan risiko geografis dan aktuaria berbasis data bencana. Penggunaan teknologi seperti big data dan AI dapat membantu dalam proses ini. Selain itu, premi dan desain polis harus disesuaikan agar tetap adil dan komersial.
-
Fokus pada reasuransi dan kapasitas risiko melalui kemitraan dengan perusahaan reasuransi global dan nasional. Skema pooling risiko bencana juga bisa dimanfaatkan untuk menjaga solvabilitas dan memperluas kemampuan menerima risiko besar.
-
Digitalisasi dan edukasi publik menjadi faktor penting dalam memperluas akses produk asuransi. Perusahaan asuransi dapat menggunakan kanal digital dan platform insurtech untuk mencapai masyarakat luas dan pelaku UMKM. Kampanye edukatif serta webinar juga diperlukan untuk meningkatkan literasi risiko dan asuransi di daerah rawan bencana.
Dampak Bencana Alami Terhadap Masyarakat
Data BNPB menunjukkan bahwa akibat 1.211 kejadian bencana alam tersebut, sebanyak 234 orang meninggal dunia dan 29 orang hilang. Selain itu, 3,55 juta orang terdampak dan mengungsi, sementara 461 orang mengalami luka-luka.
Rusaknya infrastruktur juga sangat signifikan. Sebanyak 18.631 rumah mengalami kerusakan, dengan rincian: 12.962 rumah rusak ringan, 3.181 rusak sedang, dan 2.488 rusak berat. Selain rumah, 156 fasilitas lainnya, seperti sekolah, tempat ibadah, dan pusat kesehatan, juga mengalami kerusakan.
Secara geografis, Jawa Barat menjadi wilayah dengan jumlah bencana terbanyak, yaitu 192 kejadian. Diikuti oleh Jawa Tengah dengan 157 kejadian dan Jawa Timur dengan 144 kejadian.
Dengan situasi ini, industri asuransi memiliki kesempatan besar untuk memberikan perlindungan yang lebih luas dan efektif kepada masyarakat. Melalui inovasi produk, kolaborasi lintas sektor, dan peningkatan kesadaran masyarakat, asuransi bisa menjadi bagian penting dalam upaya mitigasi bencana dan pemulihan ekonomi.