LatarNews, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS)Donald Trumpmerencanakan penerapan tarif sebesar 50% terhadap importembagaTrump juga akan memberikan kesempatan selama satu tahun kepada produsen obat sebelum menerapkan pajak sebesar 200% terhadap barang mereka yang diproduksi di luar negeri.
Pada pertemuan kabinet yang diadakan pada hari Selasa (8/7/2025) waktu setempat, Trump menyatakan bahwatariftambahan akan fokus pada berbagai sektor strategis seperti obat-obatan, semikonduktor, dan logam.
“Saya kira tarif untuk tembaga akan kami tetapkan sebesar 50%,” katanya menjawab pertanyaan wartawan yang dikutip dari Bloomberg pada Rabu (9/7/2025).
Pernyataan tersebut memicu kenaikan harga kontrak tembaga di New York sebesar 17%, mencatat peningkatan yang signifikan.intraday tertinggi sejak 1988.
Menteri Perdagangan Amerika Serikat Howard Lutnick berbicara kepada CNBCInternational tidak lama setelah pertemuan kabinet, penyelidikan terhadap impor tembaga telah selesai. Ia memperkirakan tarif tersebut akan mulai berlaku pada akhir Juli atau 1 Agustus 2025.
“Tembaga telah selesai. Penelitian kami sudah selesai dan telah disampaikan kepada presiden. Karena pasar tembaga telah kami analisis, presiden kini memiliki wewenang menentukan tarif pasar untuk komoditas tersebut,” ujar Lutnick
Selain itu, terkait sektor farmasi, Trump mengatakan akan memberikan waktu sekitar satu hingga satu setengah tahun bagi produsen untuk memindahkan aktivitas mereka ke dalam negeri, sebelum menerapkan tarif yang tinggi.
“Kami akan memberikan waktu sekitar satu tahun, atau satu setengah tahun. Setelah itu, jika mereka masih mengimpor obat-obatan dan produk terkait ke Amerika Serikat, mereka akan dikenakan pajak yang sangat tinggi, sekitar 200%. Kami memberikan masa transisi agar mereka dapat bersiap,” jelas Trump.
Dorongan Tarif Baru
Trump sebelumnya telah membuka penyelidikan berdasarkan Pasal 232 dari Undang-Undang Ekspansi Perdagangan Tahun 1962 terhadap produk-produk tersebut, dengan alasan bahwa peningkatan impor mengancam keamanan nasional. Setelah penyelidikan selesai, Trump diperkirakan akan segera menerapkan kebijakan tarif tersebut.
Tindakan ini berbeda dengan rencana tarif yang ditetapkan berdasarkan negara, yang juga diumumkan oleh Trump dan direncanakan mulai berlaku pada awal Agustus. Tarif sektoral yang menggunakan Pasal 232 tidak akan terkait dengan skema berdasarkan negara tertentu.
Meskipun sudah lama beredar, informasi mengenai rencana tarif tembaga masih mengejutkan pasar. Industri tembaga Amerika Serikat selama ini mengandalkan produksi dalam negeri yang kuat serta impor dari mitra perdagangan utama.
Pada masa pemerintahan sebelumnya, Trump lebih menekankan pada tarif baja dan aluminium, sehingga sektor tembaga cenderung aman dari ketidakstabilan.
Namun, peningkatan permintaan global terhadap tembaga dalam dekade berikutnya diperkirakan akan memberi tekanan pada pasokan. Sektor seperti pusat data, otomotif, dan kelistrikan memerlukan lebih banyak tembaga untuk mendukung perkembangan kendaraan listrik serta jaringan energi yang berkelanjutan. Saat ini, produksi tembaga di seluruh dunia belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
Berdasarkan data dari US Geological Survey, Amerika Serikat mengonsumsi sekitar 1,6 juta ton tembaga olahan pada tahun 2024. Produksi dalam negeri mencapai 850.000 ton, sehingga kebutuhan sisanya dipenuhi melalui impor. Chili menjadi pasokan terbesar dengan kontribusi sebesar 38%, diikuti oleh Kanada (28%) dan Meksiko (8%). Penelitian Morgan Stanley menunjukkan bahwa impor bersih tembaga mencakup sekitar 36% dari total permintaan AS.
Ancaman bagi Industri Farmasi
Biaya yang dikenakan terhadap industri farmasi telah menjadi bagian dari rencana perdagangan Trump sejak awal, meskipun khawatir hal ini dapat mengganggu pasokan barang, memperparah kekurangan obat, dan meningkatkan harga di dalam negeri.
Trump sering kali menggambarkan produksi obat di luar negeri sebagai ancaman terhadap keamanan nasional dan mendorong perusahaan untuk memindahkan pabrik mereka ke Amerika Serikat. Beberapa perusahaan farmasi telah merespons dengan mengumumkan investasi besar dalam manufaktur di AS.
Jika diterapkan, tarif tersebut diperkirakan akan memberikan dampak besar terhadap Irlandia—negara yang memiliki surplus perdagangan sebesar US$54 miliar dengan Amerika Serikat, sebagian besar berasal dari ekspor produk farmasi.
Irlandia berperan sebagai pusat produksi bagi perusahaan Amerika Serikat seperti Eli Lilly dan Pfizer, yang memiliki hampir dua belas pabrik untuk mengekspor ke Amerika Serikat, menurut laporan TD Cowen.